Banyak yang Menjauh dari Nilai-Nilai Pancasila, Ristu Nugroho Tulis Pesan Renungan

MADIUN – Perilaku sebagian masyarakat yang semakin menjauh dari nilai-nilai luhur Pancasila, membuat anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur Ristu Nugroho khawatir. Karenanya, Ristu mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk kembali merenung dalam momentum peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2022.

Legislator Banteng asli Madiun ini menjelaskan, Pancasila adalah satu-satunya ideologi yang diterima bangsa Indonesia. Di dalam Pancasila, terkandung nilai-nilai luhur yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia turun temurun sejak nenek moyang.

Dalam renungannya, Ristu menuliskan bahwa tujuh puluh tujuh (77) tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945, di hadapan sidang BPUPKI (Badan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) melalui pidatonya Bung Karno menyampaikan gagasan tentang pentingnya sebuah pondasi dalam mendirikan dan membangun sebuah negara yang merdeka.

Pondasi tersebut merupakan panduan untuk menentukan arah dan tujuan mendirikan sebuah bangsa. Ada 5 prinsip dasar yang disampaikan Bung Karno saat itu. Prinsip dasar tersebut adalah kebangsaan, internasionalisme atau perikemanusiaan, demokrasi, kesejahteraan sosial, Ketuhanan yang Maha Esa.

Lima prinsip dasar yang disampaikan Bung Karno tersebut setelah dirumuskan lebih lanjut oleh tim perumus BPUPKI pada tanggal 22 Juni 1945 dikenal dengan nama Piagam Jakarta, rumusan final Pancasila ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang kemudian menjadi dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang berkembang dalam kehidupan masyarakat ribuan tahun yang lalu. Leluhur kita adalah insan-insan yang percaya kepada Tuhan dan menjunjung tinggi nilai-nilai budi pekerti luhur dengan mengedepankan rasa kemanusiaan, persatuan (guyub rukun), musyawarah mufakat dan keadilan.

Nilai-nilai kehidupan tersebut saat ini tertuang dalam Pancasila yang mencerminkan jatidiri sebuah bangsa yang percaya kepada Tuhan, berbudi pekerti luhur dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, musyawarah mufakat dan rasa keadilan.

“Pancasila sangat mudah diterima oleh masyarakat kita karena memang digali dari budaya bangsa kita sendiri. Sebuah ideologi yang bersumber dari nilai-nilai luhur kehidupan bangsa sendiri akan sangat tepat jika diterapkan sebagai ideologi bangsa,” tutur Ristu.

Dia menegaskan, pada prinsipnya Pancasila juga sudah tidak boleh tergantikan oleh ideologi lain, apalagi dengan ideologi yang sumbernya tidak jelas atau bahkan yang bersumber dari budaya manca, jelas itu tidak akan bisa diterima oleh masyarakat kita.

Selain tidak bisa diterima, ideologi yang bersumber dari budaya manca tidak akan cocok diterapkan di negara kita yang mempunyai karakteristik budaya ketimuran yang andap asor dan welas asih.

“Secara konstitusional kami yakin bahwa ideologi Pancasila adalah satu pilihan yang belum tergantikan, namun hal itu tidaklah cukup membuat kita semua merasa bangga. Apalagi dengan perkembangan teknologi informasi yang tidak bisa dibendung sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia. Masyarakat kita sebagian sudah tidak lagi menjadikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai pedoman dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bahkan tanpa disadari mereka sudah mulai terjebak dalam alur pikir ideologi yang berbasic budaya manca,” beber Mbah Tu, sapaan akrab Ristu Nugroho.

Menurut Ristu, yang perlu direnungkan sekarang adalah, apakah kita sudah benar-benar bisa menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila? Apakah nilai-nilai tersebut sudah kita wujudkan dalam perilaku hidup kita sehari-hari? Apakah perilaku kita sudah mencerminkan seorang warga negara yang ber-Pancasila?

Faktanya, tanpa disadari, kehidupan bermasyarakat kita saat ini sudah mulai menjauh dari nilai-nilai luhur yg terkandung di dalam Pancasila. Saling membuli dan mencaci kini semakin marak, semakin hilangnya tata-krama, saling sikut, memaksakan kehendak, merasa yang paling benar, gampang tersulut emosi sehingga tidak segan-segan berbuat anarkis, mulai meninggalkan budaya gotong royong, selalu menuntut hak dan lupa akan kewajibannya, semakin tidak toleran dan lain sebagainya.

“Secara de yure Pancasila masih merupakan ideologi, tetapi secara de facto nilai-nilai Pancasila belum teraktualisasi secara utuh dalam kehidupan kita bahkan kehidupan kita cenderung menjauh dari pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila,” ungkapnya.

Karena itu, peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2022 ini diharapkan bisa mengingatkan seluruh anak bangsa, bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa betul-betul harus tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

Sehingga Pancasila benar-benar menjadi pondasi yang kokoh untuk merawat keberagaman dan pemersatu bangsa yang mempunyai kultur beragam. Pancasila harus bisa menjadi jatidiri bangsa bukan sekadar simbol semata sehingga bisa menopang perjalanan dan cita-cita bangsa yang masih panjang.

“Semoga renungan ini bermanfaat bagi kita semua. Merdeka !!!” pekik Ristu Nugroho.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *